THE BURNOUT SOCIETY
Februari, 2025
The Burnout Society; Kritik atas Neoliberalisme dan Budaya Self-Exploitation
The Burnout Society (masyarakat kelelahan) merupakan istilah yang dipopulerkan oleh filsuf Korea - Jerman, Byung - Chul Han. Dalam bukunya Han menggambarkan kondisi masyarakat modern yang ditandai oleh kelelahan fisik, mental, dan emosional akibat tekanan sistemik untuk terus produktif, kompetitif, dan mengiptimalkan diri. Buku ini sangat provokatif dalam mengkritik kapitalisme neoliberal dan dampaknya pada kesehatan psikis manusia.
Ada beberapa ide utama yang Han gambarkan dalam bukunya The Bornout Society. Pertama, mengenai perubahan masyarakat disiplin ke masyarakat berprestasi. Han mengembangkan gagasan Foucault tentang disciplinary society (masyarakat disiplin) yang dikendalikan oleh aturan eksternal ("kamu harus"). Di era neoliberal, masyarakat bergeser menjadi achievement society (masyarakat prestasi), di mana individu terdorong oleh mantra "aku bisa". Kebebasan ini justru menjadi sumber eksploitasi diri, karena tuntutan untuk terus berprestasi datang dari dalam diri, bukan dari penguasa eksternal. Individu menjadi "budak sukarela" yang mengeksploitasi diri sendiri demi kesuksesan, pengakuan, atau kepuasan palsu. Ini diperparah oleh budaya kerja hustle culture, media sosial, dan tuntutan untuk selalu "tersambung" (24/7).
Kedua, Positivitas yang menindas. Han menyebut masyarakat modern sebagai "masyarakat positivitas", di mana segala sesuatu harus positif: optimisme, produktivitas, efisiensi. Namun, positivitas ini berubah menjadi kekerasan simbolis karena menekan ruang untuk kelemahan, kegagalan, atau refleksi kritis.
Ketiga, Bornout sebagai epidemi. Burnout (kelelahan ekstrem), depresi, dan kecemasan menjadi epidemi akibat tekanan untuk terus berprestasi. Kelelahan ini bukan fisik semata, melainkan kelelahan eksistensial akibat hidup yang terasa hampa.
Keempat, Hilangnya ”yang lain”. Han berargumen bahwa masyarakat modern kehilangan kemampuan untuk berhadapan dengan the Other (yang lain/berbeda). Segala sesuatu diubah menjadi the Same (yang seragam) melalui algoritma, konsumsi massal, dan budaya like di media sosial. Ini menghilangkan ruang untuk konflik, perbedaan, atau dialog yang bermakna.
"Neoliberalisme merupakan sebuah sistem yang sangat efisien, bahkan cerdas, untuk mengeksploitasi kebebasan. Segala sesuatu yang termasuk dalam praktik dan bentuk-bentuk kebebasan yang ekspresif (emosi,permainan, dan komunikasi) akan dieksploitasi". - Byung-Chul Han
Buku ini menjadi bacaan yang asyik untuk teman-teman yang ingin memahami akar krisis mental di era modern. Di buku ini Han mengajak kita mempertanyakan mengenai kebebasan yang kita rayakan apakah benar-benar membebaskan, atau justru malah menjerat kita dalam jeruji emas produktivitas?
Penulis: Kaharuddin
Editor: Maulana Ishak